Hanya berdzikir dan berdzikir yang bisa aku lakukan. Ya Robb, semoga kami semua dalam lindungan-Mu. Tepatnya kemarin, Kamis 19 Januari 2012, pukul 12.30, saat itu aku dan kedua temanku baru saja membuka pintu menuju kantin yang berada di lantai 2. Tiba-tiba saja terdengar suara temanku yang berteriak cukup keras. Dia menyerukan "Keluar, keluar, cepat keluar!!!" Jelas saja kami bertiga ketakutan karena gak biasanya teman kami itu berteriak seheboh itu. "Ada sweeping!"
Kami pun bingung, antara perut yang keroncongan karena belum terisi dari pagi dan rasa takut karena mengetahui pendemo yang nekat masuk ke dalam pabrik. Sebagian rekan kerjaku keluar ruangan yang terlihat dari koridor pabrik. Namun gak lama kemudian, para pendemo itu muncul juga dari pintu belakang pabrik. Kami tercengang karena melihat rombongan pendemo itu memasuki pabrik kami beserta kendaraan bermotornya. Mereka menggedor-gedor kaca ruang produksi hingga pecah dan menyuruh kami untuk segera keluar dari pabrik. Yang kami khawatirkan adalah para pendemo itu melukai kami, kasihan temanku yang lagi hamil. Wajahnya berubah pucat dan menangis. Proses produksi pun sempat terhenti sebentar. Kami pun berjalan menuju lobi dan dari sana terlihat keadaan di luar pabrik yang begitu mencekam. Gak lama para pendemo beserta kendaraan bermotornya keluar dari area pabrik kami. Aku dan kedua temanku akhirnya memutuskan untuk makan siang setelah keadaan mulai kondusif. Dan sebagian karyawan lain melanjutkan pekerjaan mereka. Proses produksi kembali berlangsung tidak kurang dari setengah jam.
Setengah jam kemudian (13.00) aku dan kedua temanku kembali ke ruangan untuk mulai bekerja. Baru 5 menit aku bekerja, lagi-lagi kami diteriaki oleh rekan-rekan untuk segera keluar. Kali ini atasan kami yang menyerukan langsung ke lapangan. Kami pun mengikuti komando dari atasan kami dan segera berlari keluar. Gak perduli dengan peralatan kerja kami yang tertinggal di dalam ruangan. Yang ada di dalam fikiran kami adalah menyelamatkan diri. Seluruh karyawan sudah berada di pos security dan sebagian lain berada di luar gerbang perusahaan.
Para pendemo itu men-sweeping perusahaan kami untuk ikut serta berdemo. Karyawan yang membawa motor dipaksa untuk berkeliling kawasan men-sweeping perusahaan lain yang masih melakukan proses produksi. Demo besar-besaran ini terjadi karena pihak Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) tidak mencabut gugatannya di PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara) Bandung. Padahal kabar yang beredar pada Minggu malam (15 Januari 2012) Apindo akan mencabut gugatannya. Oleh karena itu, demo buruh yang sudah direncanakan diadakan pada hari Senin kemarin dibatalkan. Namun setelah mengetahui bahwa Apindo berkelit, Buruh Bekasi Bergerak untuk mengadakan demo besar-besaran. Seluruh aktifitas di kawasan industri Cibitung - Cikarang pun lumpuh total. Para pendemo memblokir gerbang tol hingga kemacetan panjang pun terjadi di jalan tol Jakarta menuju Karawang dan sebaliknya.
Terpaksa aku dan teman-teman kerjaku mendaki gunung lewati lembah (layaknya ninja hatori). Kami berjalan kaki lewat belakang pabrik menuju jalan tol. Dari atas jembatan pun sudah bisa terlihat kemacetan panjang, baik itu di jalan tol maupun jalan pengendara motor itu sendiri. Jalan di sisi tol cukup curam sedangkan kami harus melewatinya jika memang ingin pulang. Perlahan kami menuruni jalan itu, saling bantu membantu. Untuk pertama kalinya, aku bisa menyebrangi jalan tol dengan santai. Namun sepertinya sia-sia, karena gak ada satu mobilpun yang menuju arah Jakarta. Kamipun terpaksa menunggu di tepi jalan tol. Gak jauh dari tempat kami berdiri terlihat motor-motor para pendemo di tengah jalan tol.
Sekitar pukul 15.30, barulah terlihat sebuah helikopter yang melintas di atas kepala kami, sepertinya mereka sedang memantau keadaan kami. Disusul kemudian, Bapak-bapak dari pihak kepolisian dengan kendaraannya. Kabarnya sore itu pihak Apindo telah mencabut gugatannya dan bersedia membayar upah buruh sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat tahun 2012 yaitu sebesar Rp 1.491.866 per bulan, upah sektor dua Rp 1.715.645, dan upah sektor satu Rp 1.849.913 per bulan. Satu per satu mulai terlihat mobil dari arah Karawang yang melintas. Kebetulan kami bertemu dengan teman-teman kami yang membawa mobil dan mereka memberikan kami tumpangan. Alhamdulillah...
Ya Robb, semoga tidak terjadi lagi kejadian serupa pada hari-hari berikutnya. Dagdigdug rasanya. Berdemo boleh-boleh saja, asalkan tidak anarkis, tidak membuat kami (khususnya kaum hawa) ketakutan. Kita bisa duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, sehingga tetap tercipta suasana yang damai.
Kamis, 19 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 komentar:
Posting Komentar